April 28, 2025
IMG-20241010-WA0034
Advertisements

Jabar-Banten.id-OPINI– Keterjangkauan fisik adalah akses fisik terhadap pangan yang mencakup ketersediaan pangan di pasar serta infrastruktur yang mendukung distribusi pangan. Di Indonesia, tantangan geografis yang luas dan beragam menyebabkan perbedaan dalam akses terhadap pangan.

Di daerah pedesaan, seringkali sulit untuk mendapatkan bahan makanan segar karena minimnya infrastruktur transportasi. Di daerah perkotaan, walaupun akses terhadap pangan relatif lebih baik, harga pangan yang tinggi dapat menjadi penghalang bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa keterjangkauan fisik dan ekonomi saling terkait, di mana infrastruktur yang baik dapat mendukung akses ekonomi yang lebih baik pula. Keterjangkauan ekonomi adalah kemampuan masyarakat untuk membeli pangan yang diperlukan. Banyak keluarga di Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Kasus nyata yang bisa diambil sebagai contoh adalah krisis pangan yang dialami selama pandemi COVID-19. Banyak pekerja informal yang kehilangan mata pencaharian mereka, sehingga mereka tidak memiliki pendapatan tetap untuk membeli pangan.

Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah keluarga yang mengalami ketahanan pangan yang buruk. Aspek sosial menjadi pilar keterjangkauan pangan yang tidak kalah penting. Keterjangkauan sosial mencakup norma, nilai, dan interaksi sosial yang mempengaruhi akses terhadap pangan.

Di Indonesia, terdapat perbedaan dalam pola konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh status sosial, pendidikan, dan budaya.

Dalam komunitas adat tertentu, terdapat preferensi kuat terhadap pangan lokal yang sering kali mengabaikan pangan modern. Hal ini menunjukkan bahwa keterjangkauan pangan tidak hanya bergantung pada faktor fisik dan ekonomi, tetapi juga pada nilai-nilai sosial yang melekat dalam masyarakat.

Kesesuaian dengan preferensi dan kebiasaan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan tradisional yang menjadi bagian dari identitas budayanya.

Baca Juga  Pondok Pesantren Sebagai Jejaring Kebudayaan,Tradisi dan Nilai-Nilai Lestari

Di daerah Jawa, konsumsi nasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sementara di daerah Maluku, sagu menjadi sumber karbohidrat utama. Keterjangkauan pangan harus memperhatikan kebutuhan gizi dan kesukaan masyarakat agar konsumsi pangan dapat terjaga dengan baik.

Jika pemerintah memaksa masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka, maka hal ini dapat mengakibatkan penolakan dan menurunnya asupan gizi masyarakat.pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pangan akan lebih efektif dalam meningkatkan keterjangkauan pangan.

Kesesuaian dengan kepercayaan masyarakat juga merupakan faktor penting dalam ketahanan pangan. Banyak masyarakat di Indonesia yang memiliki kepercayaan dan praktik spiritual yang berkaitan dengan pangan.

Dalam beberapa tradisi, ada larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu pada waktu-waktu tertentu.
Hal ini dapat memengaruhi pola konsumsi dan, pada akhirnya, ketahanan pangan suatu komunitas.

Pemerintah dan organisasi non-pemerintah harus bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan pemimpin agama untuk memastikan bahwa program ketahanan pangan tidak bertentangan dengan kepercayaan dan praktik yang ada di masyarakat Kebijakan pemerintah juga berperan penting dalam menciptakan akses yang lebih baik terhadap pangan.

Salah satu kebijakan yang relevan adalah program penyuluhan pertanian yang memberikan pengetahuan kepada petani tentang cara meningkatkan hasil panen dan diversifikasi komoditas. Program ini tidak hanya meningkatkan ketersediaan pangan di tingkat lokal tetapi juga memperkuat ketahanan pangan secara keseluruhan.

Dukungan terhadap pertanian berkelanjutan dan penggunaan teknologi modern dapat membantu petani meningkatkan produktivitas mereka. Di beberapa daerah, seperti di Provinsi Jawa Barat, telah diterapkan teknologi pertanian presisi yang menjadikan petani untuk memantau dan mengelola tanaman mereka dengan lebih efisien.

Program food estate yang dicanangkan oleh pemerintah di Kalimantan Tengah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan memanfaatkan lahan yang luas dan memperkenalkan teknologi pertanian modern.

Baca Juga  Bahasa di Era Digital: Perkembangan Atau Kehilangan?

Namun, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memastikan bahwa masyarakat lokal dapat mengakses hasil dari program ini dan bahwa mereka memiliki keterlibatan dalam prosesnya.
Jika masyarakat tidak dilibatkan dan tidak merasakan manfaat langsung dari program ini, maka program tersebut berpotensi gagal dalam meningkatkan ketahanan pangan secara berkelanjutan Keterjangkauan pangan juga berkaitan dengan isu keberlanjutan dan perubahan iklim.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kerentanan terhadap dampak perubahan iklim, yang dapat memengaruhi produksi pangan. Praktek pertanian yang ramah lingkungan, seperti agroforestry dan penggunaan pupuk organik, dapat membantu dalam menjaga ekosistem sambil tetap memastikan ketersediaan pangan.

Keterjangkauan pangan di Indonesia harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks yang melibatkan banyak faktor. Indonesia dapat menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan dan memastikan bahwa semua masyarakat, terutama yang paling rentan, dapat mengakses pangan yang cukup dan bergizi.

(Muhamad Elka Endrana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *