Desember 7, 2025
IMG-20241119-WA0016
Advertisements

JabarBanten.id- Ketahanan pangan adalah isu global yang semakin mendesak, terutama di tengah perubahan iklim yang terus memperburuk kondisi produksi pangan. Di Indonesia, dampak perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, dan perubahan pola cuaca telah mengancam sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung ketersediaan pangan nasional. Oleh karena itu, membangun sistem pangan yang tahan krisis adalah langkah strategis yang harus menjadi prioritas.

 

Perubahan iklim telah mengganggu siklus pertanian. Curah hujan yang tidak menentu dan suhu yang ekstrem mengurangi produktivitas tanaman dan hasil panen. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi gagal panen di berbagai daerah meningkat akibat perubahan pola cuaca. Selain itu, kenaikan permukaan laut mengancam lahan pertanian di wilayah pesisir.

 

Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi Indonesia yang memiliki ketergantungan tinggi pada komoditas utama seperti padi, jagung, dan kedelai. Jika tidak segera ditangani, gangguan ini tidak hanya akan berdampak pada ketersediaan pangan, tetapi juga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

 

Solusi untuk Sistem Pangan yang Tahan Krisis:

 

1. Diversifikasi Pertanian Salah satu solusi utama adalah diversifikasi pertanian. Mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman akan meningkatkan ketahanan sistem pangan terhadap kegagalan panen. Petani dapat didorong untuk menanam berbagai jenis tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi ekstrem, seperti sorgum atau millet.

 

2. Inovasi Teknologi Pertanian Penerapan teknologi modern, seperti sistem irigasi pintar, varietas benih tahan iklim, dan pertanian presisi, dapat meningkatkan efisiensi produksi. Teknologi ini memungkinkan petani untuk memitigasi dampak perubahan iklim, misalnya dengan penggunaan air yang lebih efisien atau benih yang tahan terhadap penyakit.

Baca Juga  Membangun Ketahanan Pangan: Tantangan dan Solusi di Tengah Perubahan Zaman

 

3. Penguatan Infrastruktur dan Logistik Infrastruktur yang memadai, seperti gudang penyimpanan tahan bencana dan jalur distribusi yang andal, sangat penting untuk menjaga stabilitas pasokan pangan. Selain itu, penguatan logistik dapat mengurangi risiko kerugian pascapanen yang sering terjadi akibat bencana alam.

 

4. Edukasi dan Pemberdayaan Petani Petani harus diberi pengetahuan tentang adaptasi terhadap perubahan iklim. Program pelatihan dan pemberdayaan dapat membantu mereka mengelola risiko dan memanfaatkan teknologi baru. Pendampingan intensif dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah juga diperlukan untuk mempercepat adaptasi ini.

 

5. Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan Pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan. Penelitian dan pengembangan di bidang pertanian harus difokuskan pada solusi yang aplikatif dan berkelanjutan.

 

Selain upaya kolektif, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung sistem pangan yang tahan krisis. Misalnya, dengan mengurangi limbah makanan, memilih konsumsi pangan lokal, dan mendukung produk pertanian yang berkelanjutan. Edukasi tentang pola konsumsi yang sehat dan berwawasan lingkungan juga dapat membantu mengurangi tekanan pada sistem pangan.

 

Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan makanan, tetapi juga keberlanjutan sistem yang mendukungnya. Dalam menghadapi krisis iklim, Indonesia perlu bertransformasi menuju sistem pangan yang lebih tangguh, inovatif, dan berkeadilan. Dengan langkah nyata dan kolaborasi semua pihak, kita dapat memastikan pangan tetap tersedia untuk generasi sekarang dan mendatang.

 

Penulis (Muhammad Hisyam Albanthany)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *